Pengertian
Translasi atau Translation
Pengertian
Translasi atau Translation adalah proses pernyataan kembali informasi laporan
keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain. • Isu kurs dikombinasikan
dengan berbagai methode translasi yang dapat digunakan dan perlakuan
“Laba/Rugi” translasi yang berbeda membuat perbandingan hasil-hasil laporan
keuangan dari satu perusahaan ke perusahaan lain atau perusahaan yang sama
dalam periode yang berbeda menjadi hal yang sulit. Lana Sularto
Translasi
mata uang asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang
ke mata uang lainnya. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan
laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi
mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan
keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk
perusahaan.
Transaksi
mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap. Kurs
pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi
antar negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspektasi mengenai arah
tingkat mata uang selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.
Kurs
pada pasar forward adalah persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang
yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang. Transaksi pada
pasar forward mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot, atau sebagai
tingkat palsu pasar forward.
Transaksi
kurs swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang simultan, atau
penjualan spot dan pembelian forward mata uang.
Pada
perspektif transaksi ganda, penerimaan piutang mempertimbangkan kejadian yang
terpisah dari penjualan yang memberikan tambahan pendapatan.
Pendekatan
akuntansi untuk penyesuaian translasi mata uang asing, yaitu:
·
Penangguhan
·
Penangguhan dan Amortisasi
·
Penangguhan Sebagian
·
Tidak Ada Penangguhan
PERMASALAHAN
PERHITUNGAN
·
Perspektif Laporan
·
Harga Perolehan
·
Konsep Pendapatan
·
Laba Terkelola
TRANSLASI
MATA UANG ASING DAN INFLASI
Hubungan
terbalik antara tingkat inflasi sebuah negara dengan nilai eksternal mata
uangnya telah ditunjukkan secara empiris. Sehingga penggunaan kurs saat ini
untuk mentranslasikan biaya asset nonmoneter yang bertempat dalam kondisi yang
cenderung berinflasi akan menghasilkan padanannya mata uang domestic jauh di
bawah nilai aslinya.
Penggunaan
kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang
berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai
ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar
pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan
jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah.
Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika
memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya
merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh
inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di
suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan
masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi
sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan
kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan
dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai
mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan
dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen
dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan
menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam
mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang
signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat
dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
Evaluasi
dan pemilihan metode translasi mata uang asing. Metode konversi mata uang diseluruh
dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
1.
Metode Current/Non current
Metode
ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang.
Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang
perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini,
yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak
lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs
histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban
terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal
kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi
(translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current.
Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local
berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode
tersebut.
Namun
demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs
akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung
menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama
menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi
utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang
yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
2.
Metode Monetary/non monetary
Asset
moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka
panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang)
dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang,
asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos
dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut,
kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan
kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada
kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja
dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk
mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter
bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang
tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan
mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan
kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan
dan kurs translasi histories.
3.
Metode temporal
Dengan
menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi
pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut
suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi
saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi
pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya.
Metode
ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam
metode moneter/non moneter, persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan
kurs histories. Sedang dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi
dengan kurs histories, namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila
persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara
teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evalusai biaya (histories
ataukah pasar).
Pos-pos
dalam laporan laba/rugi umumnya dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode
laporan. Sedang biaya penjualan, cicilan utang, dan depresiasi yang berkaitan
dengan pos-pos dalam neraca dikonversi dengan kurs histories (harga di masa
lalu).
4.
Metode Current rate
Metode
ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi
dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan
Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas digunakan oleh
perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila asset yang didenominasi
dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devalusai akan menghasilkan
kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua asset dan
kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
Transaksi
dengan mata uang asing
Ciri
utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya
dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing
terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan
pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan
meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.
Suatu
transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi
diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk memahami mengapa hal ini
terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang fungsional. Mata uang
fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi
yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu
operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi
dalam Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk
distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam
mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang local
(contoh euro untuk anak perusahaan dari suatu perusahaan AS yang berada di
Belgia) adalah mata uang fungsionalnya.
Untuk
menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu
mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak
perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik
Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak
perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur
transaksi mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS,
mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk
perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi
diukur dalam dollar AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi
Soal
Pilihan Berganda :
1.
Proses konversi pengukuran atau
penyajian kembali nilai tertentu, metode ini tidak mengubah atribut suatu pos
yang diukur melainkan harga mengubah unit pengukur disebut . . .
a.
Konvergensi mata uang
b.
Disclousure mata uang
c. Translasi
mata uang
d.
Inflasi
2.
Alasan tambahan dilakukannya
translasi mata uang asing, adalah . . .
a.
Mencatat transaksi mata uang asing;
b.
Memperhitungkan efeknya perusahaan
terhadap translasi mata uang asing
c.
A dan B salah
d. A dan B
benar
3.
Melibatkan pembelian spot dan
penjualan forward atau penjualan spot atau pembelian
forward , atas suatu mata uang secara bersamaan, merupakan transaksi mata
uang asing yang terjadi di . . .
a.
Pasar bursa efek
b. Pasar swap
c.
Pasar Forward
d.
Pasar spot
4.
Menyatakan bahwa keuntungan dan
kerugian akibat translasi harus dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode
dimana kurs mengalami perubahan, merupakan isi dari PSAK No . . .
a.
8
b.
9
c. 10
d.
11
5.
Metode dalam translasi mata uang
asing terbagi menjadi 2 jenis, yaitu . . .
a. Metode
kurs tunggal dan berganda
b.
Metode kurs berganda dan metode
temporal
c.
Metode moneter dan non moneter
d.
Metode kurs tunggal dan metode
moneter
Refrensi
:
https://kartikagaby.wordpress.com/2014/06/12/transaksi-mata-uang-asing-akuntansi-internasional/